Sabtu, 08 September 2018

Cara mengatur keuangan


Image result for piggy bank

Pagi teman-teman, kali ini saya akan membahas cara mengatur keuangan. Dalam segala kebutuhan membutuhkan biaya dan uang adalah hamba yang baik dan tuan yang buruk, maka dari itu harus diatur dengan baik. Apa yang saya bagikan di sini bersumber dari ajaran orang tua, pengalaman pribadi dan buku Robert Kiyosaki yang berjudul Rich Dad Poor Dad, Cashflow Quadrant dan Guide to Investing. Kalau ada dana dan waktu disarankan beli dan baca untuk memperdalam soal keuangan. Di sini saya hanya membahas bagaimana mengatur keuangan, dengan tujuan akhir supaya bisa diinvestasikan. Di sini saya tidak membahas bagaimana melepaskan dari jeratan kartu kredit, dan aneka hutang lainnya. Tulisan ini saya dedikasikan buat saudara sepupu yang akan menikah besok dan adik saya yang baru mulai bekerja

Pertama-tama uang dibagi 3 alokasi: uang buat sehari-hari, uang buat emergency dan uang buat investasi.

1. Uang buat sehari - hari
Mulai dengan mencatat semua pengeluaran. Pakai yang mudah aja dan murah (ada banyak gratisan di Play Store, saya pakai Spending Tracker), usahakan pakai yang ada di HP, supaya abis keluar duit bisa langsung dicatat. Nah nanti kelihatan berapa pengeluaran per bulan, ini akan berubah ubah, kalau bisa dapat 3 bulan, nanti ketahuan berapa minimal, maksimal dan rata-rata. Setelah dicatat, dipisah, mana yang wajib dan mana yang opsional. Dari situ bisa ditentukan berapa banyak yang bisa dihemat. Nah uang buat sehari-hari disimpan di tabungan yang mudah diambil. Selalu sediakan angka maksimalnya. Contoh: pengeluaran rutin buat beli bensin (motor jaman sekarang 1 liter buat 40 km, perjalanan ke kantor PP 40 km, berarti butuh 22 liter buat sebulan, plus buat jalan-jalan, berarti 300 ribu buat sebulan), buat makan (sarapan di Jakarta 10-15 ribu, makan siang 20 ribu, makan malam 15 ribu, berarti 50 ribu sehari, 1,5 juta sebulan), dan seterusnya. Usahakan pengeluaran maksimal 80% dari pendapatan sebulan, kalau jumlah yang bisa ditabung kurang dari 20%, berarti waktunya pindah kerja.
2. Uang buat emergency
Emergency ada banyak macam: keluarga sakit, motor rusak, hp kecemplung got. Nah buat ini alokasikan minimal 3 bulan gaji. Asuransi kesehatan bisa mengurangi jumlah ini tapi tidak bisa menggantikan. Nah uang ini taruh di tempat yang masih memungkinkan buat diambil tapi agak sulit. Misal taruh di bank Syariah, deposito bulanan.
3. Uang buat investasi
Ini uang yang kalau hilang gak bikin gak bisa makan, Istilah Robert Kiyosaki sebetulnya uang buat main, karena investasi itu sebetulnya permainan yang bisa menghasilkan uang tambahan tergantung dari resiko nya. Investasi ada banyak macam tergantung dari tingkat resiko nya: deposito, sukuk atau surat hutang negara, mutual fund alias reksa dana, saham, rumah, tanah dan sebagainya. Pilih investasi yang sesuai dengan pengetahuanmu akan uang, kalau masih pemula ambil yang resiko paling minimal seperti deposito. Ikutlah pelatihan pasar modal atau pasar uang sebelum investasi di sana,

Oke sekarang kita simulasi. Dono seorang pegawai swasta dengan pendapatan 5 juta per bulan, pengeluaran nya 3 juta per bulan, sehingga setiap bulan ada uang 2 juta yang bisa ditabung (40% pendapatan). Pada setiap tanggal dia gajian, dia langsung membagi uang nya, 3 juta disisakan di rekening gaji nya, 2 juta dia transfer ke sebuah Bank Syariah. Setiap kali tabungan di Syariah dia mencapai angka 25 juta, 10 juta dia masukkan ke deposito (15 juta buat emergency, 10 juta buat investasi).

Demikian cara mengatur keuangan versi saya, kalau ada yang kurang jelas bisa didiskusikan di comment.

Selasa, 01 Mei 2018

Review Heavenly Sounds King Interlude

Review Heavenly Sounds King Interlude



Selamat pagi teman - teman di mana pun kamu berada, setelah lama sekali blog yang ini tidak diupdate, saya akan mulai rutin menulis di sini cuma tema nya sudah bukan lagi soal persepedaan ya. Mulai sekitar 2013 saya mengenal ada komunitas baru yang cukup unik yaitu Audio Kere Hore, komunitas audio dengan filosofi menjalankan hobi tanpa membuat kantong bolong alias memenuhi hobi dengan membeli barang - barang (Audio) murah (dan biasanya merek yang belum terkenal) dengan kualitas yang sama dengan barang bermerek dengan harga yang bisa berkali - kali lipat harganya. Lebih jauh mengenai komunitas ini bisa di cek di link berikut: Audio Kere Hore

Dalam perjalanan saya di sana mencari dan menikmati earbud berkualitas tinggi dengan harga murah, saya ketemu sebuah merek lokal yang cukup menarik yaitu Heavenly Sounds dimulai dengan Cadenza versi 1, Top of the line dari Heavenly Sounds yang saya pakai secara eksklusif selama kurang lebih 2 tahun. Review ini mengenai King Interlude 30 ohms dengan jack Silver Rhodium yang sepertinya masih belum resmi release. Menurut info dari builder nya: om Joshua Wisnu ada 2 versi dari 30 ohms yaitu dengan jack Platinum Paladium yang sound signature nya mirip dengan versi 300 ohms nya dan jack Silver Rhodium yang frequency response untuk low dan mid nya lebih baik dan tidak fatigue alias nyaman digunakan dalam waktu yang lama.

Supaya tidak terlalu lama, langsung saja kita review, review ini dibuat dengan menggunakan lagu-lagu dari Spotify:
Perlengkapan untuk review ini pun sangat sederhana: Motorola Moto Z (XT1650), top of the line dari Motorola dengan menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 820. Earbud ini dikoneksi ke handset menggunakan converter 3.5" to usb C

Packing dan build quality


Heavenly Sounds King Interlude datang dengan packaging yang menarik, kotak plastik berbentuk seperti tempat bedak yang dibungkus dengan kotak plastik bening untuk memberikan kesan premium. Earbud nya sendiri dibungkus plastik klip dan di dalamnya disertakan leather clip, leather holder yang sepertinya bisa untuk gantungan kunci, extra foam earbud. Sebetulnya kalau dibandingkan dengan Cadenza V1 yang saya beli 2 tahun sebelumnya (akan saya review kemudian) terkesan penurunan, tapi kalau dilihat dari sisi efektifitas memang cukup efektif karena dengan packing airtight seperti itu bisa mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi pada kabel nya.


Kabel yang digunakan di earbud ini adalah kabel hybrid 4 braid dengan 26 strand dengan komposisi 60% tembaga dan 40% silver, terlihat warna nya yang putih dengan tutul silver yang menarik. 
Jack nya Oyaide Silver Rhodium versi straight. Seperti yang digunakan oleh Edimun v3 Rhodium
Housing nya warna hitam seperti yang biasa dilihat di banyak earbud alias housing sejuta umat, saya masih bertanya - tanya "Kenapa kok di earbud premium ini dipilih housing sejuta umat dan bukannya yang menarik seperti yang dipakai di Symphony atau Jewel?"  dan saya masih belum mendapatkan jawabannya dari builder nya. Dugaan saya ini ada hubungannya dengan tuning nya, mungkin ada sesuatu yang harus ditambahkan di dalam housing untuk mendapatkan warna suara demikian dan itu hanya mungkin dilakukan di housing ini. Kalau misal itu benar, tentunya itu rahasia dapur buildernya.

Sebelum memasuki sisi kualitas suara, perlu saya beritahukan kalau saya memiliki ekspektasi yang sangat tinggi ke earbud ini. Sebelum ini saya punya lineup Heavenly Sounds: Cadenza V1 yang menurut buildernya balanced to warm, dan Symphony yang menurut buildernya balanced to bright. Warna suara yang saya harapkan adalah natural flat balance. Karena saya ingin mendengarkan lagu sebagaimana lagu itu direkam di studio nya dengan pewarnaan sesedikit mungkin. Ekspektasi yang cukup tinggi dan ntah apa ada earbud yang bisa memenuhi ekspektasi saya.

Bahkan secara spesifik saya mau earbud yang vocal nya sweet, lebih maju dari instrumen, dan treble tidak perlu setinggi Symphony dan bass pun tidak perlu setinggi Cadenza v1 yang penting cukup dan natural.

Sektor Bass

Kekuatiran saya pada saat akan membeli earbud ini adalah sisi bass nya, saya mendapat info kalau versi yang Platinum Palladium memiliki kuantitas bass yang sedikit dan response nya juga kurang, apalagi dibilang warna nya mirip Sennheiser HD800 yang terkenal analytical dan cold.

Oke kita coba, bass nya deep tapi tidak boomy. Menurut builder nya, bass nya detail, cuma karena saya bukan bass head masih belum dapat detail nya seperti apa. Dari sisi kuantitas cukup, tidak berlebih seperti Cadenza v1 dan tidak sampai minus kayak Symphony.

Sektor Treble

High nya tinggi tapi tidak menyakitkan, dentingan cymbal nya cukup terasa, sebetulnya masih bisa lebih tinggi kalau dibandingkan dengan Symphony misalnya tapi yang saya cari bukan V-Shaped tapi justru natural flat balance. Dan memang sektor treble nya cring tapi terkesan natural.

Sektor Vocal

Di lagu-lagu Teresa Teng, suara nya terasa detail sekali sampai terdengar getaran suara nya, kalau didengarkan sambil menutup mata serasa Teresa Teng sendiri nyanyi di depan saya

Sektor Instrumen

Di sini juaranya, separasinya bagus, suara terkesan natural (accurate), bunyi cymbal nya persis kayak dengerin aslinya. Dan ada suara - suara tambahan yang saya belum pernah dengar sebelumnya sekalipun lagu nya sama persis. Detail sangat tinggi (analytical). Kekurangannya muncul di lagu-lagu yang memakai gitar listrik, ada terkesan lambat. Hal ini dibenarkan oleh builder nya, untuk memberikan warna suara seolah pakai tube amplifier.

Sektor Soundstage

Luas sekali, terlalu luas malahan. Semua penyanyi seperti menyanyi di padang rumput terbuka, luas dan tinggi. Kalau dipakai buat nonton (The Krypton episode 5, adegan Zeg El terdampar di padang salju) kita benar-benar serasa ada di dalam stage nya, di mana ada suara angin, di mana ada suara Zeg berbicara benar-benar 3D

Sensitivitas

Kalau dibandingkan dengan earbud lain, earbud ini sangat sensitif. Volume cukup 16 di HP Pavilion x360 dan sekitar 50 di Moto Z. Untuk mendapatkan kekerasan yang sama, di Symphony perlu minimal 75 di Moto Z dan 24 di laptop. Beda sedikit dengan Cadenza v1 yang sekitar 55 di Moto Z dan 20 di laptop.

Kesimpulan

Earbud ini sesuai harapan, warna suaranya natural flat balance, flat datar dengan sound stage yang luas dan instrumental yang detail. Dari sisi harga, harga retailnya Rp 1.250.000, memang paling tinggi kalau dibandingkan dengan earbud lokal lainnya tapi masih jauh di bawah earbud luar seperti Rose Mojito. Tapi kalau dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan masih tergolong murah karena bisa diadu dengan M60X.

Earbud ini pilihan terbaik untuk genre pop dan instrumental apalagi untuk vocal head ataupun mid head, tapi sangat tidak disarankan untuk bass head ataupun treble head karena kuantitas bass nya yang kurang dan treble masih bisa lebih tinggi lagi.

Earbud ini pun kurang cocok untuk dijadikan earbud 1 1 nya, karena ada rasa capek yang muncul setelah digunakan sekitar 60-90 menit, tapi kalau kamu orang sibuk seperti saya yang hanya punya waktu sebanyak itu setiap harinya.

Demikian review dari saya, kalau ada pertanyaan ataupun ada lagu yang disarankan untuk memperbaiki review nya bisa langsung komentar di kolom komentar.